Rabu, 30 Januari 2013

Rekayasa Cuaca di Jakarta




Sepanjang lima hari terakhir, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), telah berhasl memodifikasi hujan di sekitar DKI Jakarta melalui teknologi modifikasi cuaca (TMC).

Rekayasa hujan ini bertujuan mengurangi curah hujan yang mengguyur Ibukota sehingga meminimalisir potensi bencana banjir.

Kepala Bidang Pengkajian Penerapan Teknologi Pembuatan Hujan BPPT, Tri Handoko Set, mengatakan, rekayasa yang dilakukan selama lima hari terakhir berjalan lancar dan cukup baik.

"Sistem pertumbuhan awan lima hari lalu cocok sekali dengan kegiatan TMC, bisa mengurangi curah hujan dengan maksimal," ujar Tri pada VIVAnews di Jakarta, Rabu 30 Januari 2013.

Selama percobaan TMC, dia menjelaskan, pertumbuhan gumpalan awan terjadi sejak pagi hari dari wilayah barat yaitu Selat Sunda. Dengan TMC, awan tersebut dihujankan sebelum sampai Jakarta. "Gumpalan awan itu dihujankan (dibuat hujan) dari wilayah Pandeglang dan sekitar perbatasan laut di sekitar situ," jelasnya.

Pagi tadi, BPPT sudah melakukan aktivitas rekayasa hujan menggunakan alat darat. Tri Handoko berharap ke depannya, TMC bisa maksimal seperti lima hari yang lalu.

Pengembangan TMC
Meski rekayasa hujan melalui TMC sudah cukup baik, Tri Handoko mengatakan akan terus mengembangkan teknologi tersebut, agar rekayasa hujan bisa dilakukan setiap waktu.

Sebagaimana diketahui, TMC saat ini hanya digunakan pada siang sampai sore hari. Di malam hari, TMC tidak dapat digunakan. "Malam hari pesawat tidak memungkinkan melihat awan," ujarnya.

Untuk itu, BPPT memaksimalkan rekayasa pertumbuhan awan jelang sore hari dan menganalisa apakah pertumbuhan awan pada waktu ini berbahaya atau tidak. "Jika berbahaya, kami segera operasikan peralatan darat," tambahnya.

Mengingat curah hujan diprediksi masih tinggi hingga Maret mendatang, ke depannya BPPT menyiapkan alternatif teknologi rekayasa hujan, agar bisa berfungsi sepanjang hari, dari pagi hingga malam hari.

BPPT berencana mengoperasikan pesawat nirawak serta roket untuk menyemai awan-awan di langit. "Kami menggunakan radar. Begitu radar melihat gumpalan awan, kami akan luncurkan roket ke awan," katanya.

Pengoperasian pesawat nirawak sampai saat ini belum bisa dioperasikan karena penerapan TMC sendiri masih dikaji.

Sumber: VIVA

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites
Kenapa Blog ini dibuat? karena kami ingin menyediakan tempat untuk anda mencari informasi dan mendownload dengan aman dan tepercaya. Kami akan berusaha selalu menyediakan posting yang mungkin anda butuhkan. Dengan menyertakan sumber pada setiap posting kami kami berharap agar para pemilik artikel tidak ada yang kami rugikan. Semoga posting kami bermanfaat.