Kepo-Teknologi

Dapatkan Informasi mengenai Gadget, Software, Hardware , dan Teknologi disini

Kepo-Teknologi in Facebook

Ayo sekarang kamu bisa bertukar informasi tentang teknologi di Facebook

Gabung juga di Twitter

Kami menyajikan informasi terbaru tentang Teknologi

Pasang Iklanmu Disini

Kami menyidiakan link download paling terpercaya dan aman

Pasang Iklanmu Disini

Kami tempat terbaik untuk anda yang ingin konsultasi tentang Teknologi

Jumat, 08 Februari 2013

Siswa SMK Dicekoki Desain 3D dan Animasi





Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) hari ini menandatangani kerja sama dengan Autodesk, perusahaan peranti lunak pembuat desain 3D, arsitek, teknik, dan hiburan.

Buah kerja sama ini menyediakan akses lisensi gratis dan pelatihan penggunaan peranti lunak 3D buatan Autodesk di bidang animasi, teknik, arsitek bangunan, game, dan konstruksi, untuk siswa-siswi SMK di seluruh Indonesia.

Maksud pemerintah menggandeng Autodesk tidak lain adalah menciptakan peluang bagi siswa SMK agar keterampilan dan pengetahuan lebih meningkat, sehingga bisa menciptakan sumber daya yang lebih siap pakai di masa depan.

"Dengan ada pelatihan peranti lunak 3D ini, para siswa diharapkan dapat memiliki keahlian lebih untuk masa depannya," ujar Anang Tjahyono, Direktur Pembinaan SMK, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Tidak hanya akan menjadi karyawan, kami pun berharap para siswa juga berpotensi menjadi seorang pengusaha," tandasnya, saat ditemui di acara Penandatangan Nota Kesepahaman (MoU) antara Direktorat Pembinaan SMK dan Autodesk, di Jakarta, 7 Februari 2013.

Peranti Lunak Asli Mahal

Mahalnya harga peranti lunak yang asli, diakui Anang, menjadi alasan mengapa pihaknya menunjuk Autodesk sebagai mitra. Saat ini, peranti lunak 3D Autodesk digunakan sebagai alat pada kurikulum SMK jurusan teknik bangunan, teknik arsitektur, dan teknik mesin.

Untuk itu, Direktorat Pembinaan SMK akan berupaya agar peranti lunak 3D ini bisa digunakan di seluruh SMK di Indonesia secara bertahap.

Untuk tahap awal, Autodesk menghibahkan peranti lunaknya ke 10.000 SMK yang ada di Indonesia. "Secara total, ada 35 produk yang kami bagikan ke sekolah-sekolah menengah kejuruan," kata George Abraham, Head of Education Worldwide Emerging Markets Autodesk.

Dia mengatakan, kebutuhan akan SDM-SDM yang memiliki keahlian 3D dan animasi berkualitas terus bertambah di skala internasional.

Sebab itu, Autodesk sepakat bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk mempersiapkan siswa-siswa yang menjadi calon "bintang" di masa depan.

Autodesk juga memberikan pelatihan kepada 33 guru SMK di 33 provinsi terkait penggunaan peranti lunak 3D. "Nantinya, para guru-guru tersebut yang akan mengedukasi siswa-siswa tentang bagaimana menggunakan perangkat lunak ini," jelas Abraham.

Sumber: VIVA

Menanti Proyek Triliunan Rupiah Monorel Jakarta

Setelah menyatakan keluar dari konsorsium Jakarta Monorail pada Januari 2013, PT Adhi Karya Tbk, bergerak cepat. Menggandeng empat BUMN lainnya, Adhi Karya pada 7 Februari 2013 mengumumkan akan membangun monorel sendiri.

Empat BUMN tersebut Jasa Marga sebagai pemilik lahan, LEN Industri yang akan menyediakan sinyal monorel, Telkom sebagai penyedia kabel optik, dan Inka sebagai penyedia gerbong kereta api.

Direktur Utama Adhi Karya, Kiswo Dharmawan, mempresentasikan rencana pembangunan monorel ini, di Kementerian Perhubungan dan Kementerian BUMN, di hadapan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo dan Menteri BUMN, Dahlan Iskan.

Kiswo berambisi membangun monorel sepanjang 39,36 kilometer dengan rute Bekasi Timur-Cawang, Cibubur-Cawang dan Cawang-Kuningan. Monorel ini menelan biaya sekitar Rp8 triliun dan Adhi Karya berjanji tidak akan menggunakan uang negara. Adhi Karya akan menggandeng bank-bank BUMN untuk mendanai proyek solusi macet Jakarta ini.

Kiswo menjelaskan, proyek monorel BUMN ini tidak akan bentrok dengan proyek Jakarta Monorail. Adhi Karya fokus membangun monorel dari luar kota Jakarta hingga Kuningan, sedangkan rute Kuningan menuju dalam kota Jakarta seperti Kuningan-Palmerah diserahkan kepada Jakarta Monorail, yang menggandeng Kalla Group.

Siswo menjelaskan besaran tarif jalur Bekasi Timur-Cawang dipatok Rp15 ribu. Kemudian Cibubur-Cawang Rp15 ribu, dan Cawang-Kuningan Rp10 ribu. "Ongkos akan naik 10 persen setiap dua tahun," kata Kiswo usai rapat konsorsium di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Kamis, 7 Februari 2013.

Kiswo mengatakan monorel yang diusung perusahaannya akan memberikan banyak manfaat bagi pemerintah dan masyarakat. Monorel ini akan memotong waktu tempuh Bekasi Timur-Kuningan dari sekitar 1 jam jika menggunakan mobil pribadi menjadi 24 menit.

Waktu tempuh ini jelas lebih efektif dan efisien dibanding menggunakan mobil pribadi. Selain itu, monorel dengan nilai investasi Rp8 triliun ini akan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang saat ini kebanyakan satu orang satu mobil.

Berkurangnya jumlah pengguna mobil ini, dia melanjutkan, akan bisa mengurangi subsidi BBM yang dikeluarkan pemerintah. Saat ini, rata-rata mobil bergerak 35 kilometer per jam dan mengakibatkan pemborosan subsidi BBM hingga Rp2,5 miliar per hari. "Bayangkan, berapa yang bisa diselamatkan dari pembakaran BBM," katanya.

Monorel ini dapat menampung 94.600 orang per hari untuk ruas Bekasi-Jakarta dan 54.000 orang per hari di ruas Cibubur-Kuningan. Angka ini, menurut Kiswo, dengan durasi pemberangkatan kereta setiap lima menit. "Kalau kita perpendek setiap 2 menit lagi maka bisa meningkat lagi," katanya.

Beroperasi 2015

Lantas kapan selesai? Kiswo berharap pemerintah mengeluarkan Perpres penugasan kepada BUMN untuk membangun monorel ini. Enam bulan dasar hukum tersebut keluar, maka Adhi Karya akan melakukan pembangunan dan dalam waktu 1,5 tahun atau sekitar 2015 monorel ini sudah dapat dioperasikan.

Kiswo menyasar pengguna mobil pribadi dapat berpindah menggunakan monorel. Adhi Karya dan Jasa Marga akan menyediakan tempat parkir di tempat pemberangkatan awal, sehingga pengguna mobil dapat beralih menggunakan monorel menuju Jakarta.

PT Adhi Karya Tbk akan memanfaatkan median jalan tol untuk membangun monorel konstruksinya. Perseroan akan bekerja sama dengan PT Jasa Marga Tbk untuk mengurangi biaya pembebasan lahan.

Kiswo menambahkan, selain tidak memerlukan biaya mahal, penggunaan median jalan tol juga mengurangi gangguan lalu lintas saat pengerjaan konstruksi proyek.

Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, pembangunan monorel harus segera dilaksanakan karena kemacetan di Jakarta semakin hari kian parah. Menurut dia, sudah banyak pihak yang menyetujui proyek tersebut.

"Yang mudah jangan dipersulit. Kami ini kejar-kejaran dengan kemacetan. Semua mudah kalau kita memang punya niat mendapatkan monorel atau MRT," kata Jokowi usai rapat konsorsium di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Kamis, 7 Februari 2013.

Menteri BUMN, Dahlan Iskan, menjelaskan Adhi Karya keluar dari konsorsium Jakarta Monorail agar pemda DKI Jakarta dan Adhi Karya bisa fokus untuk mengembangkan transportasi massal di Jakarta.

"Adhi punya konsep tambahan menyambung rencana yang sudah ada. Jika konsep Adhi disambung dengan Jakarta Monorail maka jaringan monorel akan lebih panjang," katanya.

Ia menjelakan secara sisi bisnis, pembangunan monorel ini dari sisi bisnis kurang menguntungkan karena membutuhkan investasi tinggi namun dengan tiket yang tidak memberatkan masyarakat. Namun, yang penting adalah bagaimana BUMN dapat membantu memecahkan permasalahan kemacetan Jakarta.

"Yang penting Jakarta terbantu dan sekaligus penebusan dosa Adhi Karya. Dengan direksi baru, mudah-mudahan bisa fokus membangkitkan kembali Adhi," katanya.

Untuk masalah perizinan, Dahlan akan segera menemui Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, untuk menyelesaikan masalah. "Izinnya ini menyangkut dua wilayah, Jakarta dan Bekasi. Apakah lebih cepat dikoordinasikan lewat pemerintah pusat nanti akan kita usulkan," katanya.

Sumber: VIVA

Mobil Transparan diIklan Sheel

ada yang pernah melihat iklan shell? ya mereka menggunakan mobil transparan untuk mempromosikan produknya. tapi apakah mobil itu benar-benar ada atau cuma tipuan kamera, hmmm kayanya anda harus melihat video ini deh



iya memang mobil itu benar-benar ada dan didesain khusus untuk membuat iklan shell ini.

Rabu, 06 Februari 2013

IDC: BlackBerry10 Tak Begitu Cocok di Indonesia




BlackBerry baru saja meluncurkan dua smartpone berbasis BlackBerry10 (BB10), Z10 dan Q10 pekan lalu. Namun, bagaimana tantangan dan prospek keduanya di Indonesia dan India?

Produsen asal Kanada ini telah digandrungi jutaan konsumen di Indonesia dan India. Sebagian besar karena ponsel pintar itu hadir dengan harga murah dan menawarkan paket layanan yang cukup terjangkau, yakni US$2 atau Rp20.000 per bulan.

"Memang tidak hanya India dan Indonesia yang mempunyai pasar besar, tetapi dalam hal pertumbuhan ponsel di masa depan, BlackBerry berada di dua negara yang paling potensial," kata Melissa Chau, manajer riset senior IDC di Singapura.

"Tapi, dua perangkat BB10 tidak begitu cocok dengan kebutuhan di kedua pasar," jelasnya, seperti dilansir Guardian, Senin 4 Febuari 2013.

Lini ponsel pintar berbanderol murah, seperti BlackBerry Gemini, ditengarai menjadi penggerak utama pertumbuhan BlackBerry di tanah air. Sementara harga dua produk anyar BB10 dinilai belum memihak kebutuhan pasar karena dikhawatirkan masih tergolong mahal bagi konsumen menengah.

Selama ini, orang-orang muda tertarik dengan BlackBerry karena biaya langganan yang terjangkau, sehingga memungkinkan kaum muda untuk berkomunikasi secara gratis di BlackBerry Messaging Service (BBM).

Namun, layanan itu kini mendapat saingan tangguh dari ponsel-ponsel berbasis Android, yang menawarkan aplikasi bernama Whatsapp. Seperti BBM, Whatsapp menawarkan pesan instan, namun fiturnya lebih beragam dan bisa bekerja lintas sistem operasi, termasuk bisa digunakan di BB.

Dampaknya, sebagian pengguna BlackBerry di Indonesia beralih ke ponsel pintar yang dilengkapi Whatsapp. Mickey Nayoan, seorang desainer di Jakarta, mengaku kini beralih ke Samsung.

"Saya bertahan tanpa BlackBerry karena ada WhatsApp. Semakin banyak orang menggunakannya dan sehingga saya tidak perlu BBM lagi," katanya.

Pada saat yang sama, pengguna kategori high-end mulai tidak tertarik dengan ponsel yang berbanderol murah.

Pasar Utama

Menurut data IDC, Indonesia merupakan salah satu pasar BlackBerry utama di dunia - selain AS dan Inggris pada tahun lalu. India merupakan adalah terbesar kesembilan. Sayang, lembaga itu enggan merinci data unit penjualan per negara.

Sementara itu, ABI Research memaparkan BlackBerry menyumbang hampir setengah dari pengiriman ponsel pintar ke Indonesia sepanjang tahun 2012. Sementara pangsa global BlackBerry hanya meraup pangsa 5,3 persen.

Di India, pasar ponsel terbesar kedua di dunia, BlackBerry hanya menempati urutan ketiga setelah Samsung dan Nokia.

Hampir semua operator menawarkan layanan untuk perangkat, termasuk Telkomsel, XL, Indosat, 3, Axis, Smartfren, dan Esia. Sebagai contoh, dalam laporan kinerjanya tahun lalu, pelanggan BlackBerry XL meroket 45 persen sejak menawarkan paket US$0,20, atau Rp2.000 per hari.

Meski demikian, menurut IDC, pada kuartal kedua tahun lalu, BlackBerry masih tetap menjadi ponsel nomor satu di Indonesia. Sedangkan, Android menyalip BlackBerry sebagai sistem operasi yang paling populer. (ren)

Sumber: VIVA

3 Sony Xperia Mendarat di Indonesia

Mengawali tahun 2013, Sony Mobile Communications menghadirkan tiga rangkaian ponsel pintar Xperia baru.

Menggelar peluncuran di FX, Jakarta, 5 Februari 2013, Sony memperkenalkan ponsel pintar untuk kategori low-end, Xperia E serta Xperia TX dan Xperia V untuk kategori menengah sampai atas.

Yuk, kita intip spesifikasinya.



Xperia TX

Ponsel pintar yang diperkenalkan dalam film James Bond Skyfall ini merupakan ponsel yang mengedepankan pengalaman hiburan.

Untuk mendukung pengalaman tersebut, Xperia TX hadir dengan kamera 13 MP dengan fast capture sebagai senjata saat mengabadikan momen tak terlewatkan. Juga ada kamera depan berkemampuan 1,3 MP. Kamera tersebut mampu merekam video berkualitas Full-HD 1080p dan HD 720p.

Layar Xperia TX ditenagai teknologi layar TV Sony, Bravia Engine seluas 4,6 inchi yang menawarkan tampilan gambar tajam. Sebagai dukungan performa, Xperia TX dibekali proseosr 1,5 Ghz Qualcomm Krait MSM8260-A Dual Core.

Xperia TX sudah mendukung koneksi antarperangkat, sampai empat perangkat berbeda, melalui DLNA, dengan syarat terkoneksi pada Wi-Fi yang sama. Ponsel ini juga sudah mendukung teknologi berbagi sentuhan NFC ke seluruh perangkat Sony.

Melengkapi konsep hiburan, pada antarmuka TX sudah tersedia aplikasi hiburan seperti Walkman, Album maupun Movies. Untuk kebutuhan konten HD dengan layar yang lebih besar, TX dilengkapi konektivitas MHL. RAM 1 GB dan dukungan kartu memori mencapai 32 GB.

Xperia TX mengadopsi sistem operasi Android Ice Cream Sandwich, dan dapat diperbaharui ke Android Jelly Bean. Smartphone ini dibanderol Rp5,59 juta.



Xperia V

Untuk yang doyan bepergian luar ruangan atau outdoor, Sony masih punya gacoan, yakni Xperia V. Ponsel yang dibekali IPv55 dan IPv57 ini memiliki ketahanan terhadap air dan debu.

"Produk pintar ini dikhususkan bagi pengguna yang aktif. Tidak masalah jika terkena air hujan," kata Ika Paramita, Manajer Pemasaran Sony Mobile Communications Indonesia, saat dijumpai di sela acara.

Sony menyebutkan, batas ketahanan air yaitu pada kedalaman satu meter, dan maksimal 30 menit. Namun, seperti ponsel outdoor lain, Xperia V juga keok kalau dicemplungkan ke dalam air laut.

Ponsel tangguh ini hadir dengan layar HD 4,3 inchi Reality Display berteknologi Mobile Bravia Engine 2, yang menawarkan tampilan gambar tajam.

Ada pula kamera 13 MP yang juga bisa dipakai merekam video Full-HD, serta kamera depan VGA untuk keperluan video-calling.

Untuk konektivitas nirkabel, Xperia V sudah dilengkapi teknologi LTE, lengkap dengan konektivitas satu sentuhan NFC dan MHL untuk melihat konten pada layar yang lebih besar, tanpa harus menggunakan pengisi daya baterai.





Xperia V juga sudah mendukung koneksi DLNA. Kapasitas baterai 1750 mAh diklaim mampu bertahan waktu bicara sampai tujuh jam, dan memutar video nonstop hingga empat jam.

Ponsel berbasis OS Android Ice Cream Sandwich ini dibanderol Rp5,29 juta.





Xperia E

Kalau yang satu in mengedepankan kualitas panggilan suara yang lebih baik. Fitur HD Voice memungkinkan panggilan ponsel menjadi lebih jernih dan dapat menghilangkan suara bising (noise cancellation) di belakang penelepon.

Selian unggul untuk kualitas suara, Xperia E didesain agar pengguna mampu memantau penggunaan data. Aplikasi penggunaan data memonitor data yang telah dihabiskan. Manajemen data juga diatur via Wi-Fi, dan lalu lintas data nirkabel akan dimatikan, sehingga daya baterai bisa lebih hemat.

Xperia E hadir dengan layar HVGA 3,5 inchi, kamera 3,2 MP dan juga mendukung konektivitas DLNA. Memori internal sampai 4GB, plus opsi penyimpanan eksternal 32GB.

Untuk kapasitas baterai, Xperia E dibekali Li-Ion 1530 mAh. Sementara menyokong kinerja, terdapat prosesor 1GHz Qualcomm Snapdragon.

Ponsel pintar ini tersedia dalam dua versi, yakni single SIM dan dual SIM. Versi single SIM menjalankan sistem operasi Android Jelly Bean dan banderol Rp1,79 juta, sedangkan versi dual SIM mengadopsi Android Ice Cream Sandwich, yang dipatok Rp1,89 juta.

Sumber: VIVA

Teknologi Terbaru di Opera Van Java


Senin, 04 Februari 2013

Domain Internet dan Nasionalisme Kita


Gambar diunduh dari: http://www.pandi.or.id
Ketika mendengar sebuah kata bernama Indonesia, entah kenapa rasa nasionalisme segera muncul dari dalam benak saya. Di saat itu, jemari tangan saya pun seolah merasa gatal untuk segera menuangkan apa-apa yang ada di dalam otak saya itu ke dalam sebuah tulisan. Di blog pribadi saya ini, saya memang cukup banyak memuat tulisan bertemakan nasionalisme Indonesia yang merupakan hasil dari pemikiran saya pribadi. Pernah saya menulis mengenai batik, politik, energi hijau, kelestarian lingkungan, sampai hal-hal remeh yang didasarkan atas hasil pengamatan saya pribadi. Semua tema dalam tulisan saya itu, adalah lahir dari sebuah tema utama bernama nasionalisme Indonesia.

Ketika berbicara soal nasionalisme, kita tak harus selalu mengetengahkan diri kita dalam sebuah perjuangan nan akbar sebagaimana yang dilakukan oleh para pendiri bangsa kita dahulu. Kita tak mesti turun ke medan perang, mendamaikan konflik yang kerap terjadi di berbagai daerah, atau berkonfrontasi dengan negara lain. Tentu ini bukan berarti kita tidak boleh aktif dalam menjaga perdamaian dan eksistensi bangsa kita dengan langkah-langkah politik. Hanya saja, kini, negara kita sudah merdeka, kita tinggal mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat bagi segenap elemen bangsa, tanpa sedikitpun mengurangi nilai-nilai nasionalisme yang ada dalam diri kita.

Nasionalisme adalah wujud rasa cinta akan tanah air, cinta pada bangsa sendiri, bangga dengan bangsa sendiri, bangga dengan identitasnya sebagai sebuah bangsa dengan karakteristik, kebiasaan, budaya, adat istiadat, norma, dan nilai-nilai luhurnya. Nasionalisme bukan hanya muncul saat bangsa kita terjajah atau terlecehkan. Nasionalisme itu harus senantiasa ada dalam keseharian kita, meresap dalam diri kita, dalam kehidupan kita, hingga kita sendiri tidak menyadari bahwa apa yang kita rasakan dan apa yang kita lakukan itu merupakan sebuah pewujudan dari rasa nasionalisme itu.

Nasionalisme yang tinggi akan menimbulkan sebuah rasa kepercayaan diri, kebanggaan, serta optimisme untuk memajukan bangsa. Tak mungkin negara kita akan maju dan sejahtera jika kita tidak memiliki rasa percaya diri dengan potensi dan karakter yang kita punya. Tak mungkin kita bisa eksis di dunia internasional tanpa adanya kebanggaan dan optimisme terhadap apa yang kita miliki sebagai identitas bangsa kita itu.

Zaman terus berubah. Berbagai macam teknologi canggih kini terus berkembang. Jika kita ingin berinteraksi dengan orang-orang yang kita kenal, dahulu kita mesti bertatap muka secara langsung. Komunikasi jarak jauh dilakukan dengan menggunakan bantuan burung merpati yang terlatih untuk mengantarkan surat. Dengan proses berpikir yang cukup panjang, pada akhirnya burung merpati kemudian berganti dengan sistem pos, lalu dilanjutkan dengan komunikasi radio, televisi, telegram, telepon, dan ponsel.

Tak cukup disitu, teknologi kemudian berhasil menciptakan internet. Dengan internet, kita bisa berkomunikasi dan berinteraksi jarak jauh secara cepat. Surat tak lagi harus dikirimkan via pos, melainkan lewat e-mail. Berbagai informasi penting tak hanya bisa kita dengar atau saksikan via radio atau televisi, melainkan dari berbagai website di internet. Komunikasi dengan orang banyak bisa terjalin. Media sosial terus berkembang begitu pesatnya, menyatukan jutaan manusia dengan identitas dan karakternya masing-masing.

Ringkasnya, kini kita tak hanya hidup dalam dunia yang sesungguhnya dimana kita berinteraksi dengan orang lain secara nyata, tetapi kita juga hidup dalam dunia maya. Dan, di dunia maya itu, ternyata nasionalisme kebangsaan kita, juga bisa kita tegakkan. Paling tidak, di dunia maya itu kita bisa berjalan dalam platform yang membedakan kita dengan negara lain dan menjadi ciri khas tersendiri bagi kita dalam perputaran informasi dan interaksi dunia.

Lalu, faktor apa yang bisa menjadi ciri khas tersendiri bagi bangsa kita dalam dunia maya itu?

Domain adalah salah satu jawabannya.

Negara kita pada dasarnya sudah memiliki domain yang mencerminkan identitas kita, yang juga dapat menjadi salah satu simbol nasionalisme kita. Domain tersebut berakhiran .id (dot id).

Namun, sayangnya, pamor domain .id masih tak sebanding dengan pamor domain .com yang sudah begitu mendunia. Sebagai buktinya, tatkala kita mendengar kata website atau domain, asosiasi yang pertama kali muncul dalam pikiran kita adalah .com, bukan .id.

Pertanyaannya, kenapa bisa begitu?

Sederhana saja, .com merupakan domain yang paling banyak digunakan di dunia ini. Semakin banyak digunakan orang, maka semakin besar kemungkinan orang-orang akan mengunjungi website berdomain .com. Akibatnya, semakin familiar pula penggunaan domain .com tersebut.

Sebagai perbandingan awal, izinkan saya bertanya kepada Anda. Ketika Anda membuka situs google, domain google.com atau google.co.id yang lebih sering Anda gunakan? Empat dari lima teman yang saya tanyai ternyata memilih google.com. Di lain kesempatan, saya mencoba mendata beberapa orang rekan saya yang telah memiliki website pribadi (bukan blog). Hasilnya, sebagian besar rekan saya itu menggunakan domain .com, beberapa yang lain menggunakan .net, dan tak ada satupun yang menggunakan .id.

Meskipun mengamatan sederhana saya itu hanya dihasilkan dari sampling dalam lingkup yang kecil, kiranya hasil pengamatan tersebut dapat menjadi gambaran bahwa memang masyarakat kita lebih familiar dengan domain .com daripada domain .id, juga domain-domain yang lain. Nyatanya, secara makro, riset kecil-kecilan saya itu cukup mewakili keadaan yang sebenarnya. Dari data yang saya peroleh dari website Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI), pada tahun 2012 menunjukkan fakta bahwa dari total 344.266 pengguna domain yang terdaftar di Indonesia, 208.349 pengguna atau lebih dari 60 persennya berdomain .com, selebihnya berdomain .id, .net, .org, dan .info.

Mindset .com ini yang semestinya patut menjadi perhatian kita tatkala berseluncur di dunia maya. Kita ternyata lebih menyukai sebuah popularitas domain daripada domain yang mencerminkan identitas bangsa kita sendiri. Fakta ini dibuktikan oleh data statistik tersebut.

Saya tidak bermaksud menghardik Anda yang sudah menggunakan domain .com dalam website Anda. Saya sendiri bahkan belum memiliki sebuah website pribadi (saya hanya mempunyai blog), yang artinya saya juga belum mentransformasikan nasionalisme dalam pikiran saya itu ke dalam praktik yang sesungguhnya. Namun begitu, izinkan saya untuk mengeluarkan unek-unek saya dalam tulisan ini. Siapa tahu itu akan bermanfaat bagi siapapun yang berkenan membaca tulisan ini.

Sebelumnya, saya pun sebagaimana orang kebanyakan, tak merasakan bahwa domain .id merupakan sebuah simbol identitas bangsa kita di dunia maya. Saya sama sekali tidak menghiraukan mengenai hal itu.

Saya baru menyadari mengenai hal itu ketika tengah berkunjung ke website PANDI beberapa waktu yang lalu. PANDI adalah organisasi nirlaba yang dibentuk oleh komunitas internet Indonesia dan pemerintah untuk menjadi registry domain .id. Kemudian, pada 29 Juni 2007, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (pada waktu itu masih bernama Departemen Komunikasi dan Informatika), menyerahkan pengelolaan seluruh domain internet Indonesia kepada PANDI, kecuali untuk domain go.id dan mil.id yang dikelola oleh pemerintah. Saat ini PANDI mengelola secara penuh domain co.id, web.id, or.id, sch.id, ac.id, dan net.id, serta membantu pemerintah Republik Indonesia mengelola domain go.id dan mil.id.

PANDI kini menjadi garda terdepan dalam penyosialisasian domain .id di Indonesia. Tentu adalah sesuatu yang tidak mudah bagi PANDI untuk terus membumikan domain .id agar benar-benar menjadi identitas bangsa Indonesia. Kita sudah terlanjur begitu familiar dengan penggunaan domain .com. Serangkaian kegiatan sosialisasi bekerja sama dengan pemerintah dan menggandeng sektor swasta mesti terus dilakukan.

Dalam menjalankan fungsinya, dahulu, PANDI menerapkan pola single point registry system (SPRS). Sistem SPRS yang digunakan PANDI membuat organisasi ini memiliki dua fungsi, yaitu sebagai registry sekaligus sebagai registrar.

Registry bertugas membuat kebijakan serta mengelola database dan sistem penamaan domain, sedangkan registrar berfungsi menjual nama domain. Kini, secara bertahap, PANDI telah meninggalkan SPRS dan menggantinya dengan shared registry system (SRS). Perubahan sistem menjadi (SRS) akan membuat PANDI lebih bisa berkonsentrasi pada kebijakan dan pengelolaan sistem nama domain, sementara penjualan nama domain akan dilakukan oleh perusahaan-perusahaan terdaftar. Dengan diterapkannya SRS, diharapkan akan memberikan layanan yang lebih baik kepada pengguna domain oleh karena pendaftaran, pengelolaan, dan perpanjangan nama domain dilakukan oleh perusahaan-perusahaan profesional yang memberikan layanan dan dukungan selama 24 jam. Sebagai efek lanjutannya, pengguna domain .id di Indonesia akan semakin banyak saja.

Dari segi efektivitas dan efisiensi, secara pribadi, saya tidak begitu memahami keunggulan penggunaan domain .id daripada .com. Saya merekomendasikan penggunaan domain .id didasarkan atas dorongan rasa nasionalisme. Sedikit dari yang saya tahu, penggunaan domain .id akan mempermudah dalam hal identifikasi bahwa sebuah website adalah berasal dari Indonesia. Status pemiliknya pun akan menjadi jelas sehingga apabila website tersebut menimbulkan atau mengalami masalah pada kemudian hari, akan mempermudah proses pelacakan. Ini artinya, penggunaan domain .id akan juga berdampak cukup positif bagi program internet sehat yang dicanangkan oleh pemerintah dan berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Di sisi yang lain, ada beberapa pihak yang beranggapan bahwa untuk menggunakan domain .id sedikit lebih rumit daripada domain .com. Kenyataan ini memang benar adanya. Namun begitu, jika kita melihatnya dari segi identitas kita sebagai bangsa Indonesia, rasa-rasanya berbagai persyaratan yang ada untuk dapat menggunakan domain .id itu, bukankah sesuatu yang sulit. Dan, lagipula, bukankah penggunaan domain .id tersebut akan mempermudah identifikasi bahwa website tersebut berasal dari Indonesia?

Domain .id merupakan salah satu identitas bangsa. Kita tahu bahwa internet sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Dengan menggunakan internet, kita bisa bercengkerama dengan siapapun dan dari manapun. Tak hanya dengan sahabat kita di dalam negeri, tetapi juga dari seluruh penjuru dunia. Maka, adalah sebuah wujud nasionalisme sederhana yang patut diapresiasi jika kita menggunakan domain .id dalam website kita, sebagai bagian dari identitas kita.

Coba kita bayangkan jika sekitar 300 ribu pemilik domain di negara kita menggunakan .id, sementara ada sekitar 55 juta masyarakat Indonesia yang menggunakan internet, tentu angka itu cukup besar untuk mengangkat hegemoni bangsa kita di dunia internasional. Jika masyarakat internasional ingin mengetahui lebih dalam tentang negara kita, mereka tinggal memasukkan .id dalam search-engine. Hasilnya, ratusan ribu website Indonesia akan segera terpampang di layar komputer. Jika hal ini bisa dioptimalkan, tentu akan sangat bermanfaat untuk memperkenalkan khasanah budaya kita kepada dunia internasional, keindahan alam kita, pariwisata kita, serta produk-produk dari negeri kita sendiri.

Di Indonesia sendiri, pada dasarnya telah ada berbagai website besar yang menggunakan domain .id, semisal portal berita viva.co.id, website resmi pemerintah (.go.id) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sektor pendidikan (.ac.id), serta militer (.mil.id). Di sisi yang lain, kabarnya, sejumlah perusahaan dunia telah bersiap meninggalkan akhiran domain .com. Salah satunya adalah Google yang telah bersiap dengan akhiran domain .google (dot google), .YouTube, .Docs, dan .Lol. Maka, adalah sesuatu yang arif apabila kita sebagai bangsa Indonesia, menggunakan .id sebagai domain kita.

Dan, gara-gara menyoal nasionalisme berbasiskan domain, saya pun berangan agar blog pribadi saya ini kelak akan berganti nama menjadi teguhalkhawarizmi.my.id. Mudah-mudahan saja akan segera terealisasikan sehingga nasionalisme yang telah saya tuangkan dalam tulisan ini segera terwujudkan dalam sebuah langkah yang nyata.

Semoga…

Sumber data pendukung:

1. http://www.pandi.or.id

2. http://inet.detik.com

3. http://tekno.kompas.com.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites
Kenapa Blog ini dibuat? karena kami ingin menyediakan tempat untuk anda mencari informasi dan mendownload dengan aman dan tepercaya. Kami akan berusaha selalu menyediakan posting yang mungkin anda butuhkan. Dengan menyertakan sumber pada setiap posting kami kami berharap agar para pemilik artikel tidak ada yang kami rugikan. Semoga posting kami bermanfaat.